ANALISIS
PENGUKURAN KINERJA MENGGUNAKAN BALANCED
SCORECARD DI PT. BANGUN SELARAS
ABSTRACT
Definition
of Balanced Scorecard if translated could mean a balanced performance report
card (Balanced). Scorecard is a card that is used to record the score results
of the performance of an individual or group, as well as to record the scores
plan to be realized. In this study the authors measure the performance of the
company to determine the extent to which the state of the company when seen
with the balanced scorecard. In the balanced scorecard has a privilege because
it can measure not only in financial terms alone, also measure customer
perspective, internal business and learning and growth perspective. After the analysis
is done, it can be seen that the performance of PT Bangun harmony as a whole
has been good enough. On the financial perspective with indicators ROE, ROI,
Current Ratio, Debt Ratio and Debt To Equity Ratio get results 4.5 which shows
adequate performance. 3,66 customer perspective gets results that show
sufficient performance to satisfy customers. internal business perspective we
got the result 3.5, which means the company has been able to do a pretty good
productivity, and for learning and growth perspective which shows the results
obtained 3.5 employee satisfaction levels are quite satisfactory. From these
studies it can be concluded that by using the Balanced Scorecard can provide a
more structured and thorough. If taken an average of four balanced perspectives
scorecaerd, the company gets a value of 3.78, which means quite good. for the
future the company must continue to improve the effectiveness of its
performance.
Keywords : Balanced
Scorecard, performance measurement
ABSTRAK
Pengertian Balanced
Scorecard sendiri jika diterjemahkan bisa bermakna sebagai rapor kinerja yang
seimbang (Balanced). Scorecard adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor
hasil kinerja seseorang atau suatu kelompok, juga untuk mencatat rencana skor
yang hendak diwujudkan. Dalam penelitian ini penulis mengukur kinerja
perusahaan menggunakan empat perspektif balanced scorecard, yaitu perspektif finansial, perspektif
pelanggan, perspektif bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan. Setelah analisis yang dilakukan, PT Bangun Selaras secara keseluruhan sudah cukup baik. Pada
perspektif keuangan dengan indikator ROE, ROI, Current Ratio, Debt Ratio dan
Debt To Equity Ratio mendapat hasil 4,5 yang menunjukkan
kinerja yang cukup. perspektif pelanggan mendapat hasil 3,66 yang
menunjukan kinerja yang yang cukup memuaskan pelanggan. perspektif bisnis
internal didapat hasil 3,5 yang berarti perusahaan sudah dapat melakukan
produktivitas yang cukup baik, dan untuk perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan didapat hasil 3,5 yang menunjukan tingkat kepuasan karyawan yang
cukup memuaskan. Dari penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dengan
menggunakan Balance Scorecard dapat memberikan gambaran yang lebih terstruktur
dan menyeluruh.
Kata kunci : Balanced Scorecard, pengukuran kinerja perusahaan
1. Pendahuluan
Selama ini pengukuran kinerja secara tradisional hanya
menitikberatkan pada sisi keuangan. Manajer yang berhasil mengambil tingkat
keuntungan yang tinggi akan dinilai berhasil dan mendapatkan imbalan yang baik
dari perusahaan. Tetapi menilai kinerja perusahaan hanya semata mata dari sisi
keuangan akan dapat menyesatkan, karena kinerja keuangan yang baik saat ini
dapat di capai dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang perusahaan. Dan
sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik dalam jangka pendek dapat terjadi
karena perusahaan melakukan investasi investasi demi kepentingan jangka
panjang.
Untuk mengatasai masalah ini maka di
ciptakan suatu metode pendekatan yang mengukur kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan
4 aspek yaitu aspek keuangan, aspek pelanggan, aspek proses bisnis internal,
serta aspek pembelajaran dan pertumbuhan (Mulyadi:2000). Metode ini berusaha
menyeimbangkan pengukuran keuangan dengan aspek non keuangan yang secara umum
dinamakan Balanced Scorecard. Dengan
menggunakan metode Balanced Scorecard
para manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis melakukan
penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan masa yang
akan datang
Konsep Balanced Scorecard merupakan suatu sarana untuk mengkomunikasikan
persepsi strategis dalam suatu perusahaan secara sederhana dan mudah dimengerti
oleh berbagai pihak dalam perusahaan, terutama pihak pihak organisasi dalam
yang akan merumuskan strategi perusahaan. Pengertian Balanced Scorecard sendiri jika diterjemahkan bisa bermakna sebagai
rapor kinerja yang seimbang (Balanced).
Scorecard adalah kartu yang digunakan
untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang atau suatu kelompok, juga untuk
mencatat rencana skor yang hendak diwujudkan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
penerapan konsep Balanced Scorecard sangat berpengaruh terhadap pencapain
tujuan perusahaan sebab Balanced Scorecard yang telah dilakukan untuk pencapain
kinerja yang akan dicapai dalam pengelolaan unit usaha perusahaan. Menurut
pendekatan Balanced Scorecard, manajemen menerjemahkan strategi mereka kedalam
ukuran kinerja yang dapat di pahami dan dapat dilakukan oleh karyawan. Dengan
demikian, Balanced Scorecard merupakan suatu sistem pengukuran kinerja manajemen
yang diturunkan dari visi dan strategi serta merefleksikan aspek aspek
terpenting dalam suatu bisnis.
2.
Landasan Teori
2.1 Kinerja
Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara
utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi
yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan
sumber-sumber daya yang dimiliki (Helfert, 1996 dalam Srimindarti, 2004).
Menurut Mulyadi (2001), kinerja
adalah istilah umum yang digunakan untuk
menunjukkan sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi
pada suatu periode. Menurut Mardiasmo (2009:10), kinerja (performance) adalah
gambaran sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam rencana
kerja suatu organisasi. Dengan adanya target maka organisasi maupun
perseorangan dapat diketahui hasil kinerjanya.
2.1
Pengertian
Kinerja
Kinerja adalah suatu tampilan keadaan
secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau
prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam
memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki (Helfert, 1996 dalam Srimindarti,
2004). Menurut Mulyadi (2001), kinerja adalah istilah umum yang digunakan untuk
menunjukkan sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi
pada suatu periode.
Kinerja
adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu
tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan
operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki (Helfert,
2001).
Penilaian kinerja adalah penentuan
secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi,
dan karyawannya berdasarkan sasaran, standart, dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001;415). Tujuan pokok penilaian kinerja
adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan
tindakan dan hasil yang diinginkan.
Menurut Armstrong (1998), penilaian kinerja didasarkan pada pengertian
knowledge, skill, expertise, dan behaviour yang diperlukan untuk mengerjakan
pekerjaan dengan baik dan analisa lebih luas terhadap attributes dan perilaku
individu.
2.3 Karakteristik Sistem Pengukuran Kinerja
Dengan munculnya berbagai paradigma baru
di mana bisnis harus digerakkan oleh consumen-focused, suatu sistem pengukuran
kinerja yang efektif paling tidak harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut
(Yuwono dkk, 2002): Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi
itu sendiri sesuai perspektif pelanggan; Evaluasi atas berbagai aktivitas,
mengggunakan ukuran-ukuran kinerja yang consumen-validated; Sesuai dengan
seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan, sehingga
menghasilkan penilaian yang komprehensif; Memberikan umpan balik untuk membantu
seluruh anggota organisasi mengenali masalah-masalah yang mempunyai kemungkinan
untuk diperbaiki.
2.4
Balanced Scorecard
Menurut Kaplan dan Norton (1996),
Balanced Scorecard merupakan alat pengukur kinerja eksekutif yang memerlukan
ukuran komprehensif dengan empat perspektif, yaitu perspektif keuangan,
perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan
dan pembelajaran. Sementara itu Anthony, Banker, Kaplan, dan Young (1997) mendefinisikan
Balanced Scorecard sebagai: “ameasurement
and management system that views a business unit’s performance from four
perspectives: financial, customer, internal business process, and learning and
growth.”
Dengan demikian, Balanced Scorecard merupakan suatu alat pengukur
kinerja perusahaan yang mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan, baik
secara keuangan maupun nonkeuangan dengan menggunakan empat perspektif yaitu,
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran. Pendekatan Balance Scorecard dimaksudkan untuk
menjawab pertanyaan pokok, yaitu (Kaplan dan Norton, 1996):
1.
Bagaimana
penampilan perusahaan dimata para pemegang saham? (perspektif keuangan)
2.
Bagaimana
pandangan para pelanggan terhadap perusahaan? (perspektif pelanggan)
3.
Apa
yang menjadi keunggulan perusahaan? (perspektif bisnis internal).
4.
Apa
perusahaan harus terus menerus melakukan perbaikan dan menciptakan nilai secara
berkesinambungan? (perspektif pertumbuhan dan pembelajaran).
Selain itu, Balanced Scorecard juga memberikan kerangka berpikir untuk
menjabarkan strategi perusahaan ke dalam segi operasional. Kaplan dan Norton
(1996) mengatakan bahwa perusahaan menggunakan focus pengukuran scorecard untuk menghasilkan berbagai
proses manajemen, meliputi :
1.
Memperjelas
dan menerjemahkan visi dan strategi
2.
Mengkomunikasikan
dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis
3.
Merencanakan,
menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis
4.
Meningkatkan
umpan balik dan pembelajaran strategis
Dengan Balanced
Scorecard, tujuan suatu perusahaan tidak hanya dinyatakan dalam ukuran
keuangan saja, melainkan dinyatakan dalam ukuran dimana perusahaan tersebut
menciptakan nilai terhadap pelanggan yang ada pada saat ini dan akan datang,
dan bagaimana perusahaan tersebut harus meningkatkan kemampuan internalnya
termasuk investasi pada manusia, sistem, dan prosedur yang dibutuhkan untuk
memperoleh kinerja yang lebih baik di masa mendatang. Melalui Balanced Scorecard diharapkan bahwa
pengukuran kinerja keuangan dan non-keuangan dapat
menjadi bagian dari sistem informasi
bagi seluruh pegawai dan tingkatan dalam organisasi. Saat ini Balance Scorecard
tidak lagi dianggap sebagai pengukur kinerja, namun telah menjadi sebuah
rerangka berpikir dalam pengembangan strategi.
2
Metode
Pengumpulan Data
Agar diperoleh data yang dapat di uji
kebenarannya, maka dalam penelitian ini digunakan metode pengumpulan data
sebagai berikut:
1.
Tinjaun
Pustaka.
Yaitu bentuk
penelitian yang dilakukan dengan membaca literatur-literatur, karangan ilmiah
serta berbagai bahan pustaka lainnya yang ada hubungannya dengan penulisan
tugas akhir ini, guna memperoleh landasan teori yang memadai untuk melakukan
pembahasan.
2.
Penelitian
Lapangan
Penelitian yang
dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian dengan menggunakan teknik
wawancara (Interview) dengan pihak
yang berkompeten (pimpinan dan karyawan) terhadap data yang diperlukan oleh
penulis serta pengumpulan dokumen-dokumen atau data-data yang dianggap relevan
dengan masalah yang diteliti, meliputi laporan keuangan perusahaan. Selain itu
penulis juga menyebarkan kuisioner kepada pihak-pihak yang berkompeten untuk
melengkapi keakuratan data untuk tugas akhir ini.
3.
Metode
Kuesioner
Kuesioner adalah
suatu daftar yang berisikan rangkain pertanyaan mengenai suatu masalah atau
bidang yang akan diteliti, dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang
relevan dengan tujuan penelitian.
3.1
Metode Analisa
Data Balanced Scorecard
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan empat perspektif Balanced Scorecard. Peneliti melakukan analisis untuk mengetahui
kinerja PT. Bangun Selaras pada setiap perspektif yang ada dalam balanced scorecard namun begitu sebelum
melakukan analisis data terlebih dahulu penulis akan melakukan uji validitas
dan reliabiltas atas instrumen penelitian (kuesioner). Teknik analisis data
yang digunakan penulis adalah sistem scoring (nilai) rata-rata untuk setiap
perspektif balanced scorecard yang didasarkan pada skala likert, sebagaimana yang
akan dijelaskan sebagai berikut:
1.
Perspektif
Keuangan
Dalam mengukur
kinerja perspektif keuangan, PT.Bangun Selaras, mengacu pada sasaran yang telah
ditetapkan yaitu peningkatan pendapatan, dimana perusahaan tetap mempertahankan
bahkan meningkatkan pangsa pasarnya dalam meningkatkan pendapatannya. Pertama,
analisa terhadap item-item pokok yang terdapat dalam laporan keuangan, seperti
pertumbuhan aktiva, kewajiban dan ekuitas dalam neraca, pertumbuhan penjualan
bersih, laba usaha, laba bersih dan beban usaha pada laporan laba rugi. Kedua
PT. Bangun Selaras memasukan analisa item-item dalam neraca dan laporan laba
rugi ke dalam rasio-rasio keuangan, antara lain rasio Likuiditas, rasio
solvabilitas dan rasio profitabilitas.
a.
Profitabilitas
Rasio profitabilitas
merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang
tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya.
Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap
penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya
(Syafri, 2008:304). Dalam Penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan
adalah :
i. Margin laba bersih (Net Profit Margin)
adalah ukuran
persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan
pengeluaran, termasuk bunga dan pajak. berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun
2004 sebagai berikut :
ii. Return On Asset
ROA adalah rasio keuntungan bersih pajak yang
juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian
dari aset yang dimiliki perusahaan. (Bambang R, 1997)Reurn On Asses (ROA) yang
positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi
perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika ROA negatif
menunjukan toal aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan/rugi.
Besarnya nilai Return On Assets dapat dihitung dengan rumus berdasarkan SE BI
No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut:
i.
Return On Equity
Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah
perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat
keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau
pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20).
ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut
rentabilitas usaha. berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut:
b. Rasio
Likuiditas
Mengukur
kemampuan jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan
relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban
perusahaan). Dua rasio likuiditas jangka pendek yang sering digunakan adalah
rasio lancar dan rasio quick (sering juga disbut acid test rasio). Rasio lancar
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka peendeknya dengan
menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu
satu tahun atau satu siklus bisnis). Rasio quick merupakan rasio antara aktiva
lancar sesudah dikurangi persediaan dengan hutang lancar dan menunjukkan
besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk melunasi
hutang lancar. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan current ratio
pada rasio likuiditas
i.
Current Ratio
Current ratio adalah menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi,
atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih
(Munawir, 1995). Jika rasionya rendah, mempunyai dampak kemungkinan masalah
tidak dapat dipecahkan, sebaliknya jika rasio terlalu tinggi. Artinya
management tidak melakukan investasi secara produktif. current ratio dianggap
baik bila nilainya lebih dari 2. berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004
sebagai berikut:
c. Solvabilitas
Mengukur
penggunaan kewajiban & modal perusahaan dalam mendanai asset, dibagi
menjadi.
i.
Debt
Ratio
Rasio ini
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam melunasi
hutanngnya. berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut:
ii
Rasio ini menunjukkan persentase total dana yang
disediakan oleh pemegang saham. berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004
sebagai berikut:.
1.
Perspektif
Pelanggan
Segmen pasar
merupakan sumber yang akan menjadi komponen penghasilan tujuan keuangan
perusahaan. Dimana perspektif ini menjadi suatu perspektif yang sangat penting,
karena perusahaan dapat menilai kinerja perusahaan melalui pandangan feedback
pelanggan. Menurut Hitt, dkk dalam Oemar (2013:15) Ada tiga isu yang
dipertimbangkan dalam analisa tentang pelanggan, yang setiap perusahaan
menetapkan tentang
a.
Siapa
Menentukan
pelanggan yang akan dilayani segmentasi pasar adalah suatu proses dimana
melaluinya orang-orang dengan kebutuhan yang sama dikelompokkan ke dalam
individu dan kelompok yang dapat diidentifikasi. Segmentasi pasar merupakan
proses dua langkah dalam menamakan pasar produk yang luas dan mensegmentasikan
mereka untuk memilih pasar sasaran dan mengembangkan bauran pemasaran yang
cocok.
b.
Apa
Menentukan
kebutuhan pelanggan yang ingin dipuaskan ketika sebuah perusahaan memutuskan
siapa yang akan ia layani, ia harus secara bersamaan mengidentifikasi kebutuhan
kelompok pelanggan sasaran yang dapat dipuaskan oleh barang dan jasanya.
c.
Bagaimana
Menentukan
kompetensi inti yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan.
Perusahaan menggunakan kompetensi-kompetensi intinya untuk menerapkan
strategi penciptaan nilai dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Perusahaan perlu
memerhatikan kepuasan pelanggan.
2.
Perspektif
Proses Bisnis Internal
Dimana perspektif
ini dapat menjadi panduan bagi manajer dalam melihat bagaimana bisnis mereka
berjalan. Dalam proses bisnis internal, manajer harus bisa mengidentifikasi
proses internal yang penting dimana perusahaan diharuskan melakukan dengan baik
karena proses internal tersebut mempunyai nilai-nilai yang diinginkan konsumen
dan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham
(Kaplan dan Norton, 1996: 92).
3.
Perspektif
Pertumbuhan dan Pembelajaran
Perspektif ini
dapat membantu perusahaan
untuk meningkatkan pertumbuhan
sumber daya manusia, sistem dan organisasi. Perspektif keuangan, pelanggan dan
sasaran dari proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan antara
kemampuan yang ada dari orang, sistem dan prosedur (Oemar, 2013:18)
1.1
Pengujian
Instrumen Penelitian
Pengujian ini dilakukan untuk menguji
kuesioner yang nantinya dipergunakan untuk mengukur kepuasan karyawan dan
kepuasan pelanggan. Berdasarkan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
diperoleh hasil yang benar-benar objektif (validitas). Selain itu perlu diuji
konsistensinya (reliabilitas). Pengujian instrumen penelitian dengan
menggunakan uji validitas dengan menghitung korelasi menggunakan teknik
korelasi pearson dengan taraf signifikan = 5% dan uji reliabilitas. menggunakan
Alpha dengan nilai Croanbach’s Alpha > 70. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah teknik pemilihan sampel probabilitas, yaitu dengan
pemilihan sampel acak sederhana (simple random sampling).
1.2
Pengukuran dalam Balanced Scorecard
`Cara pengukuran dalam Balanced
Scorecard adalah mengukur secara seimbang antara perspektif yang satu dengan
perspektif yang lainnya dengan tolok ukur masing-masing perspektif. Menurut
Mulyadi (2001), kriteria keseimbangan digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana
sasaran strategik kita capai seimbang di semua perspektif. Skor dalam tabel
kriteria keseimbangan adalah skor standar, jika kinerja semua aspek
dalam
perusahaan adalah “baik”. Skor diberikan berdasarkan rating scale berikut:
1.
Perspektif
Keuangan
Tolak ukur
kinerja keuangan menunjukan apakah strategi, implementasi dan eksekusi suatu
unit usaha atau unit bisnis memberikan kontribusi terhadap perbaikan laba atau
tidak. Kinerja “PT. Bangun Selaras” dari prespektif keuangan dinilai dari
analisis rasio yaitu current ratio, total assets to total debt, total equity to
total debt, ROE, ROI ekonomi dan rentabilitas modal sendiri. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan rasio profitabilitas
a.
Rasio
Profitabilitas
Rasio
profitabilitas bertujuan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba, karena selain memberikan daya tarik yang besar bagi investor yang akan
menanamkan dananya pada perusahaan juga sebagai alat ukur terhadap efektivitas
dan effisiensi penggunaan semua sumber daya yang ada di dalam proses
operasional perusahaan.
i.
Net
profit margin (NPM)
NPM adalah
indikator seberapa besar laba bersih dari setiap rupiah pendapatan. Net profit
margin yang tinggi tidak hanya sekedar menunjukan kekuatan bisnis tetapi juga
semangat yang kuat pihak manajemen untuk melakukan kontrol terhadap biaya.
Dengan demikian perusahaan tersebut memiliki efisiensi yang tinggi dan juga
berarti menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang tinggi
dari penjualannya. Berdasarkan Keputusan Menteri koperasi dan usaha kecil dan
menengah No. 129/Kep/M/KMKM/XI/2002 tentang pedoman klasifikasi koperasi
penilaian NPM (Net Profit Margin).
Tabel
3.1 Penilaian Kriteria NPM
No
|
Nilai NPM
|
Nilai
|
Kategori
|
1
|
≥ 15%
|
5
|
Sangat Baik
|
2
|
> 10% s/d < 15%
|
4
|
Baik
|
3
|
> 5% s/d < 10%
|
3
|
Cukup Baik
|
4
|
> 1% s/d < 5%
|
2
|
Buruk
|
5
|
≤ 1%
|
1
|
Sangat Buruk
|
(Sumber: Peraturan Negara Koperasi dan usaha kecil
dan menengah Republik Indonesia No. 06/Per/M.KUKM/V/2006)
i.
ROE
(Return on Equity)
Rasio ini jika
semakin tinggi maka akan menunjukkan semakin baik kinerja keuangan perusahaan.
Berdasarkan Keputusan Menteri koperasi dan usaha kecil dan menengah No.
129/Kep/M/KMKM/XI/2002 tentang pedoman klasifikasi koperasi penilaian Return On
Equity (ROI) :
Tabel. 3.2 Penilaian ROE
No
|
Nilai ROE
|
Nilai
|
Kategori
|
1
|
≥
21%
|
5
|
Sangat
Baik
|
2
|
>
15% s/d < 21%
|
4
|
Baik
|
3
|
>
9% s/d < 15%
|
3
|
Cukup
Baik
|
4
|
>
3% s/d < 9%
|
2
|
Buruk
|
5
|
≤
3%
|
1
|
Sangat
Buruk
|
(Sumber: Peraturan Negara Koperasi dan usaha kecil
dan menengah Republik Indonesia No. 06/Per/M.KUKM/V/2006)
i.
ROA
(Return on Asset)
Rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan
(laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2005:118). Berdasarkan
Keputusan Menteri koperasi dan usaha kecil dan menengah No.
129/Kep/M/KMKM/XI/2002 tentang pedoman klasifikasi koperasi penilaian ROA
sebagai berikut :
Tabel 3.3 Penilaian ROA
No
|
Nilai
ROA
|
Nilai
|
Kategori
|
1
|
≥
10%
|
5
|
Sangat
Baik
|
2
|
>
7% s/d < 10%
|
4
|
Baik
|
3
|
>
3% s/d < 7%
|
3
|
Cukup
Baik
|
4
|
>
1% s/d < 3%
|
2
|
Buruk
|
5
|
≤
1%
|
1
|
Sangat
Buruk
|
(Sumber: Peraturan Negara Koperasi dan usaha kecil
dan menengah Republik Indonesia No. 06/Per/M.KUKM/V/2006)
a.
Rasio
likuiditas
Rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kemampuan finansialnya dalam
jangka pendek,
i.
Current ratio (Rasio Lancar)
Rasio lancar
merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh
tempo dengan aktiva lancar yang tersedia, Berdasarkan Keputusan Menteri
koperasi dan usaha kecil dan menengah No. 129/Kep/M/KMKM/XI/2002 tentang
pedoman klasifikasi koperasi penilaian Current
Ratio.
Tabel 3.4 Penilaian Current ratio
No
|
Nilai
Current Ratio
|
Nilai
|
Kategori
|
1
|
200%
s/d 250
|
5
|
Sangat
Baik
|
2
|
175%
s/d < 200% atau > 250% s/d 275%
|
4
|
Baik
|
3
|
150%
s/d < 175% atau > 275% s/d 300%
|
3
|
Cukup
Baik
|
4
|
125%
s/d < 150% atau > 300% s/d 325%
|
2
|
Buruk
|
5
|
<
125% atau > 325%
|
1
|
Sangat
Buruk
|
(Sumber: Peraturan Negara Koperasi dan usaha kecil
dan menengah Republik Indonesia No. 06/Per/M.KUKM/V/2006)
b.
Rasio
Solvabilitas
Rasio untuk
mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajiban finansial
jangka panjang, rasio solvabilitas terbagi dalam lima rasio, tetapi dalam
penelitian ini peneliti hanya menggunakan dua rasio solvabilitas, yaitu :
i.
Rasio
Hutang Terhadap Aktiva (Total Debt to
Asset Ratio)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Semakin rendah rasio ini
menunjukkan
bahwa semakin baik keadaan keuangan perusahaan. Berdasarkan Keputusan Menteri
koperasi dan usaha kecil dan menengah No. 129/ Kep/ M/KMKM/ XI/ 2002 tentang
pedoman klasifikasi koperasi penilaian Debt
Ratio sebagai berikut :
Tabel 3.5 Penilaian Debt Ratio
No
|
Nilai Debt to Asset Ratio
|
Nilai
|
Kategori
|
1
|
≤
40%
|
5
|
Sangat
Baik
|
2
|
>
40% s/d 50%
|
4
|
Baik
|
3
|
>
50% s/d 60%
|
3
|
Cukup
Baik
|
4
|
>
60% s/d 80%
|
2
|
Buruk
|
5
|
<
80%
|
1
|
Sangat
Buruk
|
(Sumber:
Peraturan Negara Koperasi dan usaha kecil dan menengah Republik Indonesia No.
06/Per/M.KUKM/V/2006)
i.
Debt to Equity
Ratio
(DER)
Debt to equity ratio adalah rasio
yang membandingkan utang perusahaan dengan total ekuitas. Semakin tinggi rasio
ini akan menunjukkan kinerja yang buruk bagi perusahaan. Berdasarkan Keputusan
Menteri koperasi dan usaha kecil dan menengah No. 129/Kep/M/KMKM/XI/2002
tentang pedoman klasifikasi koperasi penilaian Debt to Equity Ratio sebagai
berikut :
Tabel 3.6 Penilaian Debt to Equity Ratio
No
|
Nilai
Debt to Equity Ratio
|
Nilai
|
Kategori
|
1
|
≤
70%
|
5
|
Sangat
Baik
|
2
|
>
70% s/d 100%
|
4
|
Baik
|
3
|
>
100% s/d 150%
|
3
|
Cukup
Baik
|
4
|
>
150% s/d 200%
|
2
|
Buruk
|
5
|
<
200%
|
1
|
Sangat
Buruk
|
(Sumber: Peraturan Negara Koperasi dan usaha kecil
dan menengah Republik Indonesia No. 06/Per/M.KUKM/V/2006)
1.
Pengukuran
Kuesioner
Skala Pengukuran
kuesioner Pengukuran kinerja balanced scorecard PT. Bangun Selarasm dengan
kuesioner digunakan untuk mengukur kinerja pada perspektif kepuasan pelanggan,
bisnis internal dan pertumbuhan/ pemberlajaran. Penggunaan skala likert dengan
data interval 1- 5 untuk menunjukkan tingkat kepuasan responden yang diteliti,
sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 3.5 dibawah ini:
Tabel 3.7 Penilaian skala Kuesioner
No
|
Skala
|
Nilai
|
Kategori
|
1
|
5
|
5
|
Sangat
Puas/Setuju
|
2
|
4
– 4,9
|
4
|
Puas/Setuju
|
3
|
3
– 3,9
|
3
|
Cukup
Puas/Setuju
|
4
|
2
– 2,9
|
2
|
Tidak
Puas/Setuju
|
5
|
1
– 1,9
|
1
|
Sangat
Tidak puas/ setuju
|
(Sumber: Hasil Penelitian), 2015
1.1
Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan
menghitung nilai korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan skor
total pertanyaan di dalam kuesioner dari masing-masing responden. Perhitungan
uji validitas menggunakann menggunakan rumus teknik product moment pearson yang
dibantu dengan software SPSS 23.0 dan microsoft
office excel 2010. Hasil pengujian validitas untuk seluruh pertanyaan lebih
besar dari r tabel pada selang kepercayaan 95 persen yaitu 0,361.
Kuesioner yang telah disebarkan akan
diuji dengan uji validitas. Syarat agar dikatakan valid adalah r hitung ≥ r
tabel. Sementara untuk nilai r tabel didapatkan dari jumlah sampel yaitu 30 dan
persentase kelonggaran ketidaktelitian
karena kesalahan (e) 5%, maka tabel r didapatkan nilai 0,361.
1.2
Uji Reliabilitas
Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28)
reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat
dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki tingkat
konsistensi dan kemantapan. Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi
dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa
pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan
hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang
penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas
tidak sama dengan validitas. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila
memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama.
Jika alat ukur telah dinyatakan valid,
maka berikutnya alat ukur tersebut diuji reabilitasinya. Data dikatakan
reliabel apabila mempuyai nilai Alpha Croanbanc > 0.70, dimana nilai 0.70
adalah batas minimal reliabel nilai Alpha (Sekaran, 1942). Uji reliabilitas
dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach (α cronbach ) yang dibantu
dengan microsoft office excel 2010
dan software SPSS 23.0.
1.3
Flow Chart penelitian
Penelitian yang menjelaskan sistematika
tahapan dalam metodologi penelitian dapat dilihat pada dilihat pada gambar 3.1
berikut:
Gambar 3.1 Flow Chart Metode Penelitian
(Sumber: Pengolahan Sendiri dengan Berbagai
Sumber)
Gambar 3.2 Flow
Chart Metode Penelitian (Lanjutan)
(Sumber: Pengolahan Sendiri dengan Berbagai Sumber)
1.
Hasil dan Pembahasan
1.1
Perspektif
Finansial
1.
Profitabilitas
a.
NPM
(Net Profit Margin)
Tabel. 4.1 Laba Bersih dan
total aktiva PT. Bangun Selaras 2014
Laba Bersih
2014
|
Penjualan 2014
|
Rp. 175.538.200
|
Rp. 959.800.100
|
(Sumber: Laporan keuangan PT. Bangun Selaras 2014)
Dari
tabel di atas, Menurut Freddy Rangkuti SWOT Balanced
Scorecard 2015, NPM dapat dihitung sebagai berikut :
a.
Return On Asset (ROA)
Tabel. 4.1 Laba Bersih dan
total aktiva PT. Bangun Selaras 2014
Laba Sebelum Pajak 2014
|
Total aktiva 2014
|
Rp. 433.251.200
|
Rp. 512.489.700
|
(Sumber: Laporan
keuangan PT. Bangun Selaras 2014)
Dari
tabel di atas, Menurut Freddy Rangkuti SWOT Balanced
Scorecard 2015, ROA dapat dihitung sebagai berikut :
- Return On
Equity
Tabel. 4.3 Laba Bersih dan
total Modal PT. Bangun Selaras 2014
Laba Bersih 2014
|
Total Modal 2014
|
Rp. 175.538.200
|
Rp. 338.534.100
|
(Sumber: Laporan keuangan PT. Bangun Selaras 2014)
Dari tabel di atas, Menurut Freddy
Rangkuti SWOT Balanced Scorecard
2015, ROE dapat dihitung sebagai berikut :
Dari hasil perhitungan ROE diatas di
dapat 52%, maka dapat di artikan bahwa kemampuan perusahaan dalam setiap rupiah
yang di investasikan oleh shareholder
akan menghasilkan 52% dalam bentuk laba.
1.
Likuiditas
a.
Current Ratio
Tabel. 4.3 Aktiva lancar
dan kewajiban PT. Bangun Selaras 2014
Aktiva Lancar 2014
|
Kewajiban Lancar 2014
|
Rp. 273.412.400
|
Rp. 102.302.400
|
(Sumber: Laporan keuangan PT. Bangun Selaras 2014)
Dari tabel di atas, Menurut Freddy
Rangkuti SWOT Balanced Scorecard 2015
, Current Ratio dapat dihitung
sebagai berikut :
1.
Solvabilitas
a.
Debt Rtio
Tabel. 4.4 Total Aktiva
dan Total kewajiban PT. Bangun Selaras 2014
Total Aktiva 2014
|
Total kewajiban 2014
|
Rp. 581.820.800
|
Rp. 243.286.700
|
(Sumber: Laporan
keuangan PT. Bangun Selaras 2014)
Dari tabel di atas, berdasarkan SE BI
No. 6/23/DPNP tahun 2004, Debt Ratio dapat dihitung sebagai berikut :
a.
Debt to Equity
Ratio
Tabel. 4.5 Total Modal dan
Total kewajiban PT. Bangun Selaras 2014
Total Modal 2014
|
Total Keewajiban 2014
|
Rp. 338.534.100
|
Rp. 243.286.700
|
(Sumber: Laporan keuangan PT. Bangun Selaras 2014)
Dari tabel di atas, berdasarkan SE BI
No. 6/23/DPNP tahun 2004, Debt to Equity
Ratio dapat dihitung sebagai berikut :
1.1.2 Perspektif Pelanggan
Perhitungan
perspektif pelanggan mendapt nilai rata 3 yang berarti pelanggan cukup puas
terhadap perusahaan. Hasil perhitungan perspektif pelanggan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini
Tabel 4.31 Hasil penilaian perspektif pelanggan
Perspektif
|
KPI
|
Nilai hitung
|
Score/ hasil
|
Kategori
|
Pelanggan
|
Bukti Fisik
|
3.81
|
3
|
Cukup Puas/ Netral
|
Keandalan
|
3.83
|
3
|
Cukup Puas/ Netral
|
|
Daya Tanggap
|
3.51
|
3
|
Cukup Puas/ Netral
|
|
Jaminan
|
3.55
|
3
|
Cukup Puas/ Netral
|
|
Emphaty
|
3.6
|
3
|
Cukup Puas/ Netral
|
|
Rata-rata
|
3.66
|
3
|
Cukup Puas/ Netral
|
(Sumber:
Hasil Penelitian diolah sendiri), 2015
1.1.3 Perspektif Bisnis Internal
Tabel 4.15
dibawah menunjukan nilai kinerja perspektif bisnis internal
Tabel 4.32 Hasil penilaian perspektif bisnis
internal
Perspektif
|
KPI
|
Nilai hitung
|
Score/hasil
|
Kategori
|
Bisnis Internal
|
Utilisasi Pekerja (Produktivitas)
|
3.63
|
3
|
Cukup Puas/ Netral
|
Jumlah Sarana IT
|
3.25
|
3
|
Cukup Puas/ Netral
|
|
Produk
|
3.54
|
3
|
Cukup Puas/ Netral
|
|
Rata-rata
|
3.47
|
3
|
Cukup Puas/ Netral
|
(Sumber:
Hasil Penelitian diolah sendiri), 2015
1.1.4 Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan
Tabel 4.16
dibawah menunjukan nilai kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Tabel 4.33 Hasil penilaian perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan
Perspektif
|
KPI
|
Nilai hitung
|
Score
|
kategori
|
Pembelajaran dan Pertumbuhan
|
Jumlah Pelanggaran karyawan terhadap
peraturan
|
3.46
|
3
|
Cukup Puas/ Netral
|
Jumlah Program latihan
|
3.49
|
3
|
Cukup Puas/ Netral
|
|
Intensitas rapat kerja
|
3.47
|
3
|
Cukup Puas/ Netral
|
|
Lma/durasi pelatihan
|
3.56
|
3
|
Cukup Puas/ Netral
|
|
Rata-rata
|
3.5
|
3
|
Cukup Puas/ Netral
|
(Sumber:
Hasil Penelitian diolah sendiri), 2015
1.2
Analisis
Balanced Scorecard
Dari
penilaian empat perspektif diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan dalam
keadaan baik, karena nilai rata-rata tiap perspektif memperoleh kategori cukup
puas/netral, jika dilihat rata-rata empat perspektif balanced scorecard maka
hasilnya sebagai berikut :
Tabel 4.34 Hasil keseluruhan penilaian balanced
scorecard
No
|
Perspektif
|
Nilai
|
Kategori
|
1
|
Finansial
|
4,5
|
Baik
|
2
|
Pelanggan
|
3,66
|
Cukup Puas/ Netral
|
3
|
Bisnis Internal
|
3,47
|
Cukup Puas/ Netral
|
4
|
Pembelajaran dan Pertumbuhan
|
3,5
|
Cukup Puas/ Netral
|
Rata-rata
|
3,78
|
Cukup Puas/ Netral
|
(Sumber:
Hasil Penelitian diolah sendiri), 2015
Dari
tabel empat perspektif balanced scorecard diatas dapat dilihat bahwa kinerja
perusahaan lebih kepada kinerja perspektif keuangan yang medapat nilai score 4,
sementara jika dilihat dari keselurahan nilai tiap perspektif atau jika nilai
tiap perspektif dirata-ratakan maka diperoleh hasil 3.6 yang menunjukan bahwa
angka tersebut masuk dalam kategori cukup puas . netral, jadi setelah dilakukan
penilaian tiap perspektif dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan PT Bangun
Selaras belum maksimal, karena masuk kategori cukup puas/ netral.
Jika
dilihat dalam bentuk grafik maka hasilnya adalah seperti gambar 4.1. Di bawah.
Gambar 4.1
Grafik Empat perspektif Balanced
scorecard
(Sumber:
Hasil Penelitian diolah sendiri), 2015
\
Dari
gambar 4.1 diatas dapat dilihat jelas bahwa empat perspektif balanced scorecard
lebih mengarah pada perspektif finansial/keuangan yang kemudian diikuti dengan
perspektif pelanggan lalu perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dan
perspektif bisnis internal.
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Hasil kesimpulan pada penelitian ini
adalah :
1.
Setelah dilakukan penelitian
terhadap kinerja pada PT. Bangun Selaras, didapat nilai kategori yang dapat
dikatakan cukup baik, karena telah mencapai nilai rata-rata 3,78 yang menurut
pengukuran skala likert angka tersebut dikatakan dalam kategori cukup.
2.
Setelah dilakukan pengukuran
terhadap empat perspetif balanced scorecard didapat hasil sebagai berikut
a.
Perspekrtif keuangan dari ketiga
rasio mendapatkan nilai rata-rata sebesar 4,5 dan dapat dikategorikan baik.
b.
Perspektif pelanggan mendapat
nilai rata-rata sebesar 3,66 yang dapat dikategorikan cukup baik.
c.
Perspektif bisnis internal
mendapatkan nilai rata-rata sebesar 3,47 dan dapat dikategorikan cukup baik
d.
Perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan mendapat nilai rata-rata sebesar 3,5 yang dapat di kategorikan
cukup baik.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka
peneliti memiliki saran terhadap
1.
Perusahaan terlalu berfokus pada
keadaan finansial, sehingga tidak memperhatikan kepuasan terhadap karyawan dan
pelanggan, maka dari itu penulis menyarankan untuk tahun berikutnya perusahaan
agar lebih memperhatikan kepuasan terhadap pelanggan dan karyawan.
Melakukan
pelatihan yang maksimal agar kinerja karyawan pada PT. Bangun Selaras bisa
lebih baik demi mengacu kepada kepuasan pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA
Arfian
Zuhri Nasution (2008) Peranan Rasio Keuangan dalam Mengukur Kinerja
Keuangan
Freddy
Rangkuti 2006 SWOT BALANCED SCORECARD
Teknik menysun strategi korporat yang efektif plus cara mengelola kinerja
risiko
Gaspersz:
Vincent. 2003. Sistem Mangiemen Kinerja Terintegrasi Balanced
Scorecard dengan six sigma (untuk Organisasi
Bisnis dan Pemerintah). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Gaspersz,
Vincent. 2011. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced
Scorecard dengan Malcolm
Baldrige dan Lean Six Sigma
Supply Chain Management: Contoh
Implementasi pada Organisasi Bisnis dan Pemerintah. Bogor: Vinchristo
Publication.
Kaplan
dan Norton. 2000. Balanced Scorecard
: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi. Jakarta : Erlangga.
Kaplan,
R.S. and David P. Norton. 2000. The
Balanced Scorecard-Translating
Strategy
Into Action. Harvard Business School Press, Massachusetts.
Kaplan,
R.S. and David P. Norton. 2000. The
Strategy-Focused Organization.,
Harvard
Business School Press, Massachusetts
Kaplan,
Robert S. dan David P. Norton. 2000. Balanced Scorecard: menerapkan
Strategi Menjadi
Aksi. Terjemahan oleh Peter R. Yosi Pasla. Balanced
Scorecard Translating Strategy Into Action. 1996. Jakarta: Erlangga.
Kasmir
2008. Analisis Laporan Keuangan
Laksmita,
Venda Arsenia. 2011. “Analisis pengukuran kinerja perusahaan dengan
metode Balanced Scorecard (studi kasus
pada PT bank Jateng Cabang
Utama Semarang)”.
Mulyadi.
2007. Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis Balance Scorecard. Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN. Yogyakarta
Mulyadi
dan Johny Setyawan. 2000. Sistem Perencanaan dan Pengendalian
Manajemen. Yogyakarta: Aditya Media.
Sugiyono.
2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syamsudin, Lukman. 2002.
Manajemen Keuangan Perusahaan. PT. Raja
Grafindo. Jakarta.
Umar,
Husein. 2004. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
PT
Raja Grafindo Persada.
Balanced scorecard
ReplyDelete